The report is titled as 'Dewatering Pumps Market: Opportunity Analysis and Future Assessment 2022-2030'. An overview of conceptual frameworks, analytical approaches of the Dewatering Pumps market is the main objective of the report, which further consists the market opportunity and insights of the data involved in the making of the respective market.
According to the new market research report "Industrial Air Compressor Market by Product Type (Positive Displacement, Dynamic), Output Power (Up to 50 kW, 51-250 kW, 251-500 kW, & Above 500 kW), Seal (Oil-flooded & Oil-free), End-user, Design, Pressure, Coolant and Region - Global Forecast to 2026", published by MarketsandMarkets™, the Industrial Air Compressor Market is projected to reach USD 42.9 billion by 2026. The Industrial Air Compressor Market size will grow to USD 42.9 billion by 2026 from USD 32.7 billion in 2021, at a CAGR of 5.6% during the forecast period. Rapid industrialization and increasing automation in emerging economies, inflow of investments and rising demand for oil-free compressors in food & beverages industry and the surging demand from HVAC industry are the driving factors for the Industrial Air Compressor Market, globally. Several emerging economies, such as Asia Pacific and Africa, have boosted their industrial and economic developments. In addition, government initiatives to promote industrial automation and emphasis on industrial automation for optimum utilization of resources are also driving the demand for industrial air compressors as they can be used for powering pneumatic tools, packaging, automation equipment, and conveyors. Environment-friendly modern compressors need less fuel, make less noise, and have a heat recovery feature, which helps recover up to 94% of the heat generated by the compressors which is in line with the Paris Agreement leading to growth opportunities for the Industrial Air Compressor Market during the forecast period.
Mafia tambang di Indonesia beberapa tahun terakhir ini menjadi momok bagi para investor di Indonesia. Pasalnya, baru-baru ini muncul beberapa investor tambang batubara di Sumatera Selatan (Sumsel) yang mengeluhkan aksi pengambilalihan secara paksa oleh oknum mafia tambang di wilayah tersebut.
Bahkan, aksi mafia tambang di Sumatera Selatan (Sumsel) diduga menggunakan perangkat negara seperti aparat penegak hukum untuk mengintimidasi para investor untuk melepas kepemilikan tambang hingga mengalami kerugian miliaran rupiah. Menyikapi hal tersebut Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menilai jika kasus mafia tambang ini memang secara tradisi sudah terjadi sekian lama di Indonesia, khususnya di Sumsel.
"Praktik-praktiknya memang banyak mengindikasikan atau seringkali diwarnai dengan pengaruh dari shadow government, kemudian ada praktik-praktik ilegal yang sering kali merugikan bagi masyarakat sekitar dan juga bagi lingkungan," kata dia di Jakarta, Rabu 4 Mei 2022.
Parahnya, kata dia, praktik tersebut seringkali tak hanya melibatkan oknum penegak hukum atau aparat hukum, tapi sampai juga kepada oknum daripada pemerintah, oknum penguasa yang tentu saja bekerjasama dengan pihak yang ingin menguasai tambang tersebut secara ilegal. "Seperti yang saya sebutkan, shadow government sebetulnya adalah di luar pemerintahan tapi memiliki pengaruh dari sisi kemampuan modal capital mereka, yaitu pihak yang ingin menguasai tambang-tambang terutama yang di daerah-daerah," katanya.
Untuk itu, Faisal pun setuju jika KPK dan Polri harus turun sampai ke praktik mafia tambang. "Saya rasa setuju kalau kemudian KPK dan Polri memang mesti harus turun sampai ke bawah, sampai ke praktik-praktik sektor pertambangan ini, karena itu masih marak sampai sekarang," lanjutnya.
Faisal pun meyakini, terkait dengan dugaan para mafia tambang yang support atau mendukung dalam kampanye Pilpres. "Seringkali begitu (mafia tambang support dana Pilpres)," kata dia.