Skip to main content

Home/ Groups/ Cerita Pendek (CERPEN)
John HSS

CERPEN: Wajah Malam - 0 views

  •  
    Perempuan yang berdiri di lembah malam, telah bertahun-tahun dia di situ, di bawah tiang listrik dan lampu jalan yang beku. Dia bukan wanita malam walau tiap malam di tempat itu. Karena itu, jangan kau rayu. Tak setiap perempuan yang terlihat di jalan pada malam hari adalah wanita malam. Perempuan itu sedang mencari. Juga menunggu. "Berilah jawaban... kirimlah tanda...," ucapnya lirih. Tidak ada jawaban, atau tanda. Sudah bertahun-tahun. Dan dia tetap di situ. Menunggu. Berkata-kata lirih kepada malam, kecuali bila hujan.
John HSS

CERPEN: Bercinta - 0 views

  •  
    Lelaki itu, bercinta dengan dirinya sendiri, dengan rindu yang mungkin tak pernah dia lukis dalam kanvas. Aku menatapnya dari kejauhan perlahan, matanya masih terpaku menatapku, bibirku tersenyum. Lelaki itu bercinta dalam rindu tanpa makna, yang mungkin tak pernah dapat dia rasakan itu dalam dunia nyata...
John HSS

CERPEN: Guruji - 0 views

  •  
    Setiap malam dalam sepekan ini aku pulang dalam tangis tak terkendali. Ari sepertinya memang sudah tidak ada. Manusia kurang manusia bergelar Guruji itu bukan dia. Jadi, haruskah kerelaan ini kulahirkan paksa tanpa adanya benih pemahaman yang lebur bersama kesepakatan? Bagaimana mungkin hidup bisa begitu tidak alamiah?
John HSS

CERPEN: Berbisik-bisik dengan Cinta - 0 views

  •  
    Jadwalnya memang padat. Panti asuhan, rumah jompo, bank, sekolah anaknya, rumah singgah... Tapi ia senang. Bergairah, terlebih dengan rupa-rupa kegiatan sosial yang digeluti sejak lama. Dia bukan sekadar penyumbang materi. Di panti asuhan dia tebar kasih, dan harapan berkilau di mata anak-anak. Pun begitu pada penghuni rumah singgah. Di rumah jompo dia menyanyi, bercakap-cakap, menyuapi, dan sunyi berlalu dari mata orang-orang tua tiada daya itu. Hidup adalah melayani, bisiknya selalu.
John HSS

CERPEN: Orang yang Selalu Cuci Tangan - 0 views

  •  
    Wajah yang selalu muncul di koran dan televisi, wajah yang selalu dijaganya agar selalu tampak terhormat, amat sangat terhormat, bagaikan tiada lagi yang bisa lebih terhormat. Demi kehormatan wajah itulah ia telah selalu mencuci tangannya, karena dalam pikirannya, tangan yang kotor akan mempengaruhi pandangan orang banyak terhadap wajahnya.
John HSS

CERPEN: Ibu Memandang Gunung - 0 views

  •  
    Konon, berhari-hari berpekan-pekan berbulan-bulan bahkan bertahun ayah dan ibu seperti itu. Sampai uban di kepala mereka tambah banyak, dan adikku terkecil itu tumbuh remaja, serta tinggal dia satu-satunya dari sepuluh saudaraku yang menemani ayah dan ibu. Sedang kami semua saudaranya sudah merantau, bertebaran di berbagai pelosok negeri dan dunia. Berkeluarga, dan juga beranak pinak di rantau, hingga jalan pulang tinggal samar-samar saja dalam ingatan, tak ubahnya kelap-kelip dian di gelap malam. Lalu pada suatu hari, dengan mata tidak juga lepas dari gunung dan bukit yang menghijau di selatan kota kami, terdengar ibu menarik napas. Lantas berucap lambat-lambat, bak menanam sesuatu dalam diri: "Rindu adalah air laut. Tidak. Bukan. Rindu tidak ubahnya penjajah...."
John HSS

CERPEN: Ahli Ibadah Penghuni Neraka - 0 views

  •  
    Tarmizi telah meninggalkan keduniawian termasuk meninggalkan tanggung jawabnya sebagai kepala rumah tangga. Dia tidak pernah lagi bekerja untuk menafkahi istri dan anak-anaknya. Setiap hari dia mengurung diri di kamar untuk melakukan dzikir, beribadah kepada Allah.
John HSS

CERPEN: 2008 di Pinggir Selokan - 0 views

  •  
    Saat kita asyik berjalan, mengumpulkan segala sesuatu yang kita ingin raih, kita tak terlalu menghiraukan kehadiran 'sesuatu' itu. Namun saat kita tergelincir dan terenyak luar biasa, segala sesuatu yang kita cengkeram pun lepas. Tangan kita kembali kosong. 'Sesuatu' itu akhirnya punya kesempatan untuk muncul dan menyeruak, meraih tangan kita yang sedari tadi sibuk menggenggam.
John HSS

CERPEN: Sebungkus Cinta Untuk Alenda - 0 views

  •  
    Sudah tiga hari Alenda Rosi menginap di Gedung MPR, ikut meneriakkan reformasi untuk menumbangkan rezim otoriter yang dinilainya korup. Dan, karena bersemangatnya, ia lupa makan, sehingga penyakit magnya kambuh. Sialnya, perbekalan kelompoknya habis dan suplai makanan dari LSM terlambat. Maka, tergeletaklah ia sambil sesekali memegang perutnya dan meringis-ringis kesakitan.
John HSS

CERPEN: Liang Lahat Zorta - 0 views

  •  
    Zorta menghitung-hitung. Mungkin, sisa umurnya kurang dua puluh tahun lagi. Dia khawatir jika saat itu tiba, ia sudah tak kebagian tanah kuburan. Jangankan di masa depan, saat ini pun tanah sudah jadi barang mahal. Manusia bisa saling tikam demi sepetak tanah. Karena itu, ia kebelet mematok tanah kuburan sejak awal.
John HSS

CERPEN: Bunga Mawar Nek Suni - 0 views

  •  
    Jiwa Nek Suni seperti disayat-sayat sembilu. Alangkah getir nasibnya kini. Di usia senja, ia ibarat sampah. Jadi benalu semua orang. Setiap yang dilakukannya selalu salah. Dan sekarang, darah dagingnya sendiri tega membuangnya ke panti jompo. Nek Suni nelangsa. Ia terkenang rekan-rekan seusianya yang sudah lama pergi. Kenapa Tuhan belum juga mencabut nyawaku, rintih Nek Suni dalam hati.
John HSS

CERPEN: No Maden - 0 views

  •  
    Aku sendiri, tak pernah mengerti mengapa dirinya bisa sampai seperti itu. Yang aku tahu, ia seperti ingin selalu mengembara. Bagai burung yang selalu mengepakkan sayapnya, melintasi kebiruan langit, melepaskan kegalauannya pada matahari, udara, kendaraan, gedung-gedung jangkung yang mengilalang. Ia melesap, tak berbekas, melalui erangan yang jauh tentang mimpi-mimpi yang diucapkannya berkali. Sepertinya pula, ingin ia gapai impian itu, menggenggamnya agar tak lepas lagi pada kedua telapak tangannya. Menggenggamnya erat-erat, sekadar memberitahukan seisi dunia tentang hasratnya yang lama tertunda.
John HSS

CERPEN: Jangan Ditanya Kemana Pedro Pergi - 0 views

  •  
    Bertanya dan terus bertanya. Bertanya dengan pertanyaan yang sama, "Kemana Pedro pergi?" Saya sendiri, tak habisnya mengerti, entah kemana Pedro pergi. Setelah beberapa pemerintahan berganti, perekonomian yang tak kunjung stabil. Isu-isu pemisahan beberapa daerah semakin meluas. Semua orang menjerit dengan penuh ketidakpuasan, semua orang menatap curiga antara satu dengan lain. Pedro tak lagi berkabar seolah-olah ia memang telah lama lenyap di belahan dunia sana. Singgah ke dunia yang tak pernah diketahui sebelumnya.
John HSS

CERPEN: Datah Suling - 0 views

  •  
    Rasanya baru kemarin aku berpisah dengan Rufi. Serasa masih terbayang di dalam bola mataku saat ia memeluk dengan tarian gong di tengah upacara pembukaan Erau yang diadakan di Tenggarong. Dari situlah aku mengenal gadis itu, karena sebagai koresponden Koran Jakarta, aku lakukan wawancara dengan gadis penari. Selebihnya, setelah selesai wawancara, aku selalu datang ke asrama tempat ia mondok, dan dari situ terjalin hubungan yang lebih dari responden dengan pewawancara. Bahkan, aku berjanji, jika nanti aku sudah bisa ambil cuti, dan pulang dari Jakarta, aku akan datang melamarnya di kampungnya di Datah Suling.
John HSS

CERPEN: Penjaga Kamar Mayat - 0 views

  •  
    Namun kali ini si penjaga kamar mayat itu nampak tidak begitu bersemangat mengurus mayat yang masuk maupun mayat yang keluar. Wajahnya yang tua masih nampak murung. Pak Tabah melewatkan waktunya dengan melamun di meja kantornya. Matanya yang letih memandang kosong ke tumpukan peti-peti mati di ruangan itu. Kembali ia terkenang pada istri tercintanya. Kembali ia teringat pada putra semata wayang yang juga dicintainya. Dua orang yang dicintainya itu telah pergi meninggalkannya dalam kesepian dan kepedihan yang meletihkan. Istrinya telah lama pergi ke alam baka. Sedangkan anaknya entah pergi kemana setelah peristiwa seminggu yang lalu itu.
John HSS

CERPEN: Semakin dan Semakin ke Barat - 0 views

  •  
    Aku membayangkan hutan beton Jakarta, dan ratusan kawasan perumahan baru yang mengepungnya dari tiga penjuru, menggantikan sawah, ladang, rawa, empang, pantai, semak, padang rumput dan ilalang, bahkan kuburan, telah menghalau burung-burung itu menjauh. Niscaya burung-burung itu tetap harus menjalani ritual alami mencari makan, tapi lintasan mereka semakin pendek ke barat, semakin dan semakin ke barat... tempat matahari juga terbenam. Burung-burung itu tergebah, namun, sepertinya, bukan hanya mereka....
John HSS

CERPEN: Wayan Cantik - 0 views

  •  
    Aku pun menggeliat dari rasa hampa itu. Pergi dengan Wayan Cantik, Dwija, dan lainnya; jumpa banyak orang. Juga ke provinsi tetangga, saat kudengar ada bupati baru sekali seumur hidup masuk koran, ketika dilantik. Padahal, prestasinya lumayan. Kuwawancarai. Lain waktu terbang ke Timor Timur (namanya masa itu), dan kulihat pemerintah pusat menghabiskan fulus amat banyak dibanding untuk provinsi sebelah, meneguhkan keyakinan ongkos politik melebihi yang lain-lain.
John HSS

CERPEN: Mata yang Mudah Kasihan - 0 views

  •  
    Melihat wanita-wanita malam dirazia aparat ketentraman-ketertiban, yang diseret, ditendang, atau didorong ke atas mobil dengan bak terbuka seperti yang ditayangkan televisi, dia merasa kasihan. Melihat pengamen dan pengasong di perempatan lampu merah dia juga kasihan. Melihat pengemis terseok-seok di bawah terik matahari, apalagi yang tua renta serta anak-anak, lebih-lebih lagi.
John HSS

CERPEN: Ikan Kecil di Sekeliling Ikan Besar - 0 views

  •  
    Ikan-ikan kecil berenang di sekitar ikan besar. Merapat ke tubuh ikan besar yang terlihat segede gunung. Berseluncur di punggungnya yang melengkung. Ikan besar senang dikelilingi ikan-ikan kecil. Selain tak layak dimangsa karena terlalu kecil, hanya nyempil di gigi bila dilahap, ikan-ikan kecil adalah pesuruh yang tak perlu disuruh. Tahu tugas kewajiban: membersihkan lumut, jamur, kutu-air, atau sampah laut yang tersangkut di tubuh ikan besar.
1 - 19 of 19
Showing 20 items per page